Pandemi Covid-19 memaksa banyak orang untuk lebih banyak di rumah saja. Walaupun mungkin kini tidak sedikit tempat wisata yang sudah dibuka kembali dengan menerapkan prosedur kesehatan yang ketat, kami sekeluarga masih belum berani untuk sering-sering berekreasi. Tamasya terakhir kami ke luar rumah adalah saat mencoba glamour camping di Pondok Rasamala, Bogor, pada bulan November tahun lalu. Agenda itu juga baru berhasil terlaksana setelah lama merencanakannya, bolak-balik mencermati beragam pilihan destinasi yang dianggap cukup terbuka dan aman, meneliti tanggal-tanggal yang berpotensi dimanfaatkan banyak orang untuk berlibur, serta beberapa kali melakukan penundaan demi memastikan setiap anggota keluarga cukup sehat dan bugar.
Sebenarnya, sebelum pandemi terjadi, kami sudah terbiasa menghindari bepergian di masa liburan. Kalau kebanyakan orang jalan-jalan saat long weekend atau libur lebaran, misalnya, kami melakukannya sebelum atau sesudah waktu tersebut. Kebetulan kami tidak terlalu gemar menyaksikan kerumunan manusia.
Kebiasaan ini sudah kami mulai sejak belum ada anak-anak. Selama lima tahun ketika masih berumah tangga jarak jauh (Hamdan di lepas pantai Balikpapan, aku di Bandung dan Jakarta), kami memilih berwisata pada hari kerja (tepatnya dalam kurun waktu sepuluh hari jatah libur Hamdan setelah dua puluh satu hari bekerja). Begitu memasuki akhir pekan, biasanya kami sudah dalam perjalanan pulang ke rumah (bebas macet karena melawan arus lalu lintas antarkota!).
Setelah suamiku bekerja di Jakarta dan tidak lagi memiliki waktu libur yang berbeda dari karyawan pada umumnya, kami memanfaatkan jatah cuti tahunannya demi dapat melancong di luar akhir pekan atau hari libur nasional (sementara dua jenis hari libur ini konsisten kami manfaatkan sebagai kesempatan beristirahat di rumah saja). Frekuensinya memang menjadi lebih terbatas. Namun, kami tetap merasa kebijakan ini lebih baik daripada berdesak-desakan di tempat rekreasi.
Ada tambahan pertimbangan setelah ada anak-anak. Karena kami mengadopsi Indri saat ia sudah bersekolah, kami harus memikirkan waktu rekreasi yang tidak bentrok dengan kegiatan sekolah. Bolos sekolah bukan masalah bagi kami, tetapi tidak demikian halnya bagi si gadis cilik yang sangat menyukai sekolahnya. Biasanya perbedaan keinginan ini diatasi setelah melalui diskusi-diskusi panjang alias bujuk rayu sekuat tenaga (dilengkapi dengan foto-foto tempat tujuan wisata yang bikin ngiler).
Rekreasi kembali menjadi lebih mudah kami laksanakan setelah Indri mulai homeschooling. Yah, sebenarnya ini memang salah satu alasan utamanya mau keluar dari sekolah: dapat lebih banyak jalan-jalan. Kami ingat sekali, tahun pertama Indri bersekolah rumah menjadi masa kami paling giat bepergian. Berbeda dengan istilahnya, “sekolah rumah” bukan berarti kami bersekolah di rumah, melainkan justru menjadikan sebanyak-banyaknya tempat di atas permukaan bumi ini sebagai sekolah.
Hwaah …. Rasanya rindu sekali pada berbagai kesempatan jalan-jalan sebelum masa pandemi. Tentu sepertinya bukan aku saja yang merasakannya. Semoga doa-doa yang terhimpun dari segala penjuru bumi agar pandemi ini berakhir segera dikabulkan Yang Mahakuasa. Sementara itu, mari kita pelihara semangat dan kreativitas dalam menyelenggarakan hiburan keluarga tanpa bepergian … hehehe.
Itulah cara keluarga kami berekreasi. Bagaimana denganmu? Ceritakan juga, dong!