Berbagi Satu Momen Mesra

Dalam salat Magrib terakhir di bulan Ramadan yang belum lama berlalu, suamiku melafalkan potongan ayat baru yang belum pernah kudengar selama ia menjadi imamku sebelumnya. Bacaan hasil hafalan, lancar dan…sangat merdu. Menjelang ayat terakhir, tiba-tiba hidungku mulai terasa perih dan pandangan mata mengabur. Dalam dada, ada perasaan aneh yang menggeliat.

Usai salat, aku pun langsung mendesak Hamdan membuka Qur’an dan membacakan arti dari potongan ayat yang baru dibacanya. Ternyata ia baru saja menghafalkan kembali surat Al Hasyr 18-24, potongan ayat yang dulu ia pernah hafal tapi kemudian lupa. Berikut salinan dari beberapa ayat terakhir yang langsung menghujam hatiku waktu itu:

Dia-lah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang (22.) Dia-lah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Maha Raja Yang maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Menjaga keamanan. Pemelihara keselamatan, yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan (23). Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa, Dia Memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana (24).

Aku sama sekali tidak menguasai bahasa Arab. Eh, maksudku: belum ada kesempatan mempelajarinya. Dan boro-boro hafal Qur’an, itu juz 30 saja entah kapan bisa terlafalkan di luar kepala. Jadi, saat ayat di atas tiba-tiba dibacakan dalam bahasa Arab ketika Hamdan mengimamiku, ya aku sama sekali tidak mengerti. Tapi kenapa aku bisa merasa tercekat sedemikian rupa…?

Perasaan haru semakin menguat di bagian akhir bacaan (ayat 22, 23, dan 24 itu). Ketika kata “Huwallahu..” yang artinya “Dia-lah Allah” diperdengarkan dengan sangat merdu. Deg. Jleb. Ada satu momen dimana seakan hati ini tertusuk sesuatu. Namun berikutnya syurr….seperti ada yang mengelus-elus, lembut sekali. Lalu seerrr….merembeslah itu air mata dari markas persembunyiannya! Kenapa bisa begitu, aku pun bingung.

Namun setelah Hamdan selesai membacakan arti ayat di atas, sedikit demi sedikit aku bisa mengenali perasaanku.

Salat itu doa. Bahkan tanpa menambahkan sesi zikir dan doa setelah selesai salat, jika benar-benar khusyuk, dengan shalat itu sendiri kita pasti berdoa. Salatku sendiri sih tak selalu khusyuk. Sangat jarang. Sungguh, khusyuk itu masih amat sangat sulit untukku. Namun, atas ridhonya, sepertinya aku cukup khusyuk pada salat Magrib terakhir Ramadan itu. Hatiku benar-benar hadir sepenuhnya, dan terhimpunlah rasa takut dan ketenangan itu.

Lalu, apa doaku dalam salat itu? Tanpa kusangka, tanpa kupikir-pikir dan ancang-ancangkan, ternyata aku kembali berdoa tentang KEHAMILAN. Ha! Jangan bosan dengan topik ini, ya..hehehe. Untukku sendiri, doa kali ini malah lebih condong ke arah hal baru ketimbang yang membosankan. Kenapa? Karena meski temanya seolah sama, tapi entah bagaimana doaku kali ini terasa benar-benar berbeda.

Doa favoritku sebelumnya adalah meminta yang terbaik. Itu karena kesadaranku bahwa sesungguhnya aku tak tahu, apakah yang terbaik bagiku itu dikaruniai kehamilan atau tidak. Sampai sekarang, alhamdulillah kesadaran ini tetap ada, tak berubah. Siapa sih, yang berani mendahului Tuhan, menyatakan satu masa depan terbaik baginya? Fir’aun, mungkin.

Namun, mungkin saking mutlaknya pemahaman itu bagiku, ternyata aku jadi kurang ‘meresapi’ tiap doa itu. Sangkaku, aku sudah tenang-tenang saja karena sudah mulai belajar ikhlas. Entah itu benar atau tidak, tapi yang jelas aku mendapati kehilangan sesuatu: rasa takut sekaligus mesra bercakap-cakap denganNYA dalam setiap doa.

Hingga ayat-ayat terakhir Al Hasyr mengantarkanku pada momen romantis itu.

Dia-lah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Ya Allah, apakah aku telah menuhankan yang lain selain Engkau? Apakah yang kusebut ikhtiar selama ini telah menyibukkan pikiranku hingga menuhankan yang sesungguhnya hanya sebuah jalan?

Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Engkau yang Maha Tahu apa yang terjadi padaku, lahir dan batin. Engkaulah yang menurunkan bentuk kasih sayangmu…namun tak tersadari, terlihat, apalagi tersyukuri olehku…astaghfirullah

Dia-lah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia-lah Allah, Dia-lah Allah. Tidak ada tuhan selain Dia. Tidak ada tuhan selain Dia. Yaa Rabb…astaghfirullah…

Maha Raja Yang maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Menjaga keamanan. Maha Rajaku..Hanya Engkaulah Penjamin kesejahteraanku, Penjaga keamananku. Mengapa aku mengkhawatirkan segala yang tak perlu, mendzhalimi diri sendiri?? Astaghfirullah…

Pemelihara keselamatan, yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Engkaulah yang Memelihara keselamatanku. Engkaulah yang Maha Perkasa. Segala kuasa itu ada padaMu, Yang Maha Agung. Hanya padaMulah seharusnya kami bergantung. Apakah kami melupakanMu dan tersesat dengan segala ikhtiar kami selama ini? Astaghfirullah…

Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Yaa Rabb….apakah tanpa sadar kami telah mempersekutukanMu? Astaghfirullah…  

Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa, Dia Memiliki nama-nama yang indah. Janin. Bayi. Anak. Keturunan kami. Engkaulah Penciptanya, Yang Mengadakannya, Yang Membentuk rupanya. Engkaulah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu…

Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Semua yang terjadi di langit dan bumi adalah bukti kebesaranMu, ya Rabb…

Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hanya Engkaulah yang Berkuasa atas segala sesuatu, hanya Engkaulah tempat kami meminta, hanya Engkaulah yang tahu apa yang terbaik bagi kami…yaa Rabb….hadirkanlah ketenangan di hati kami…

Demikian. Sesungguhnya aku malu dan sempat ragu berbagi catatan pribadi ini. Namun, aku teringat pada sebuah buku doa dan renungan yang ditulis pasutri lain yang juga mengalami hal yang sama denganku. Tiap membacanya, aku merasa tak sendirian, ditulari semangat, mendapat kekuatan, dan yang terpenting: kembali ingat untuk kembali padaNYA. Apapun urusanmu, apapun hajatmu, apapun kegelisahanmu, kembalilah pada Tuhanmu. Pesan sepenting ini, kurasa tak adil jika aku pun tak turut berbagi dan meneruskannya. Semoga catatan ini pun bermanfaat bagi siapapun yang sudi membaca.  Amin.

Salam berbagi,

Heidy

6 komentar di “Berbagi Satu Momen Mesra

  1. Surat 4/An Nisaa : 59
    “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
    Kembalilah pada Allah dan Rasulnya. Kepada aturan Quran, padahal Al Quran berbahasa Arab. Tidak semua orang pintar berbahasa Arab

    Surat 3/Ali Imran : 138
    “(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
    Apakah Quran untuk orang Islam saja. Tidak. Untuk semua manusia.

    Surat 45/Al Jaatsiyah : 20
    “Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”
    Hanya untuk yang punya keyakinan.

    Surat 4/An Nisaa :174
    “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an).”
    Mujizatnya di Quran. Bukan kekebalan atau lainnya.
    Al Quran dijadikan sumber dari semua urusan

    Surat 12/Yusuf : 2
    “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”
    Mungkin ngga kita paham Quran, padahal berbahasa Arab.

    Surat 44/Ad Dukhaan :58
    “Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.”
    Allah akan memudahkan dengan bahasamu. Yang dimaksud mu adalah Muhammad, dan nabi Muhammad adalah orang Arab. Kenapa?

    Surat 75/Al Qiyaamah :16 -19
    “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.”
    Janganlah kamu cepat-cepat membaca Quran. Bacanya harus diniatkan untuk membersihkan hati. Walaupun kita nggak mengerti artinya, tapi bisa saja merasakan.
    Selain punya metafisika yang luarbiasa, tapi Quran mengatur.
    Permasalahannya sekarang umat Islam, menjadikan Qurannya sebagai jimat. Padahal seharusnya diamalkan.

    Surat 29/Al ‘Ankabuut :49
    “Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dzalim.”
    Orang-orang yang diberi ilmu

    Surat 8/Al Anfaal : 2
    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,”
    Karena berbuat baik, mendapat hikmah, dan ilmu.
    Yang lebih baik ternyata bukan dimaksud orang Islam. Tapi semua orang yang berbuat baik (siapapun dia) akan diberi hikmah.

    Surat 6/Al An’aam :160
    “Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).”
    Barang siapa berbuat baik, dibalas …..

    Suka

    • Subhanallah… Maha Benar Allah dengan segala firmanNya. Semoga uustadz yang berbagi ilmu ini mendapat berkah yang berlimpah. Terimakasih Mama yang meneruskannya di sini, juga Tante Eli yang sebelumnya mencatatkan dengan rapih…barakallah…. 🙂

      Suka

  2. Heidy sayang, kita memang diberi karunia untuk selalu kritis. Namun, iman kepada Allah swt memang tak perlu diuji dengan banyak pertanyaan ‘kenapa’. Jawabannya semua tersedia di dalam Al Quran. Subhanallah, Heidy mendapat anugerah besar (Istilah Mama yang lemah ini sih Lailatul Qadar) di bulan Ramadhan..dan anugerah itu adalah Al Quran. Fabiayyi ‘ala irobbikuma tukadziban..
    Nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan..? Sangat sempurna ‘kan Allah kalau memberikan pahala.. ditundanya ‘keturunan’ dan diberikan yang lebih baik yakni ‘Al Quran’… Amin. Subhanallah. Selamat ya nak.. I’m so proud of you

    Suka

    • Subhanallah… Hiks..benarkah? Terimakasih Mama, atas semua doa dan harapan yang tulus dan tak kenal pamrih, cinta dan kasih sayang yang tak berbatas. Terimakasih Mama selalu setia mengingatkan dan mengajak kami untuk berserah diri. Semoga kita semua bisa istiqomah dalam hal ini…aamiin.

      *Dy juga bangga sama Mama dan sayang Mama! Mwah!

      Suka

  3. assalamualaikum mbak heidy,
    aku’nemu’ blogmu gak sengaja waktu search mo program insem. Kami jg dah jln 3 thn nikah, dan dr hasil pemeriksaan semuanya baik. dokter bilang unexplain infertility katanya.
    dari beberapa dokter selalu menguatkan dan diminta sabar.
    akhirnya memutuskan insem, mohon doanya mbak heidi.
    bakat banget nulis mbak, dibukuin deh mbak…..
    sadar kalo yang diberi ujian ini adalah orang2 yang kuat dan hebat. Allah membuat dia makin kuat dan hebat mbak. contohnya ya mb heidy…email ya mbak….pengen ngobrol banyak….
    *big hug* arin

    Suka

    • Alaikumsalam wr wb,
      Wah alhamdulillah kalau semua pemeriksaan menunjukkan hasil yang baik, Mbak Arin..berarti sebetulnya tidak ada yang harus dikhawatirkan, kan?
      Aku doakan Mbak Arin diberikan kekuatan dan kesabaran untuk menghadapi cobaan ‘menunggu momongan’ ini.
      Pasti ada hikmah di balik segala sesuatu yang kita alami, hanya saja mungkin kita baru paham belakangan.
      Terima kasih banyak sudah membaca tulisanku dan ikut berbagi di sini, ya!
      Senang rasanya mendapat teman baru. Ok nanti disambung via email, ya! C u 🙂

      hugs,
      Heidy

      Suka

Tinggalkan komentar